Sunday, October 19, 2014

Ekologi - Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Habitat Orangutan



Pulau Kalimantan merupakan salah satu tempat dengan hutan terluas di dunia yang juga merupakan salah satu dari dua habitat asli orangutan, selain Pulau Sumatera. Habitat orangutan adalah di hutan tropis. Orangutan Borneo lebih banyak ditemukan di hutan dataran rendah (di bawah 500 m diatas permukaan laut) dibandingkan di dataran tinggi. Hutan dan lahan gambut merupakan pusat dari daerah jelajah orangutan, karena lebih banyak menghasilkan tanaman berbuah besar dibandingkan dengan hutan Dipterocarpaceae yang kering dan banyak mempunyai pohon-pohon tinggi berkayu besar, seperti keruingSekarang sebagian besar habitat mereka telah beralih fungsi menjadi hutan industri dan perkebunan yang didominasi oleh kelapa sawit. Dampak dari perluasan daerah perkebunan kelapa sawit tersebut adalah berkurangnya habitat tempat hidup bagi satwa-satwa hutan termasuk orangutan, sehingga merusak ekologi dari hutan tersebut.

Pada tahun 2010 Indonesia berhasil menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan 48 % produksi dunia yang sebelumnya dikuasai oleh malaysia dengan 55 %. Tentunya hal ini merupakan berita yang sangat baik dan membanggakan bagi bangsa indonesia. Tetapi di balik kebanggaan tersebut terdapat fakta yang sangat miris dan berbanding terbalik, yaitu selama kurun waktu antara tahun 1930 - 2004, 50 % - 60 % habitat orangutan telah hilang beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Dalam satu dekade terakhir, di tiap tahunnya, paling tidak terdapat 1,2 juta ha kawasan hutan di Indonesia telah digunakan untuk aktivitas-aktivitas penebangan berskala besar, pembalakan liar, serta konversi hutan untuk pertanian, perkebunan, pertambangan, dan pemukiman. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh fenomena iklim seperti badai El Nino dan musim kering yang berkepanjangan juga mengakibatkan berkurangnya populasi orangutan. Selama 20 tahun terakhir, habitat orangutan Borneo berkurang paling tidak sekitar 55 %. Hal ini diperparah dengan pembantaian secara sistematis yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan sawit terhadap orangutan. Orangutan dianggap sebagai hama karena mereka memakan sawit yang ditanam di perkebunan. Sebenarnya hal ini dikarenakan hilangnya habitat hidup mereka sehingga makanan yang biasa mereka peroleh di hutan pun tidak ada akhirnya merekapun memakan sawit.

Semua permasalahan terancam punahnya orangutan ini berakar dari sifat keserakahan manusia. Demi memperkaya diri sendiri, segelintir pengusaha minyak sawit membeli sejumlah lahan yang seharusnya merupakan habitat dari orangutan untuk memperluas perkebunan sawit. Selain itu penebangan pohon-pohon untuk kebutuhan industri juga berpengaruh besar mengurangi habitat orangutan. Pemerintah Indonesia seharusnya membuat peraturan atau regulasi yang tegas mengenai luas daerah untuk digunakan perkebunan sawit, serta menjaga luas daerah habitat orangutan agar tidak tergerus oleh perkebunan sawit. Membangun hutan atau daerah konservasi orangutan.

Untuk menanggulangi kepunahan spesies orangutan pemerintah melalui Departemen Kehutanan dan beberapa yayasan pemerhati orangutan telah membuat beberapa program konservasi untuk orangutan diantaranya :
  1. Program Konservasi Mawas yaitu program Yayasan BOS yang melindungi 309.000 hektar habitat alami orangutan liar. Secara administratif, Mawas mencakup 2 kabupaten utama – Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Kapuas – serta 5 kecamatan dan 53 desa dengan jumlah penduduk 29.000 kepala keluarga. Lahan gambut Mawas juga mendukung salah satu populasi orangutan terbesar yang tersisa dengan perkiraan 3.000 individu orangutan mendiami daerah itu.
  2. Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Timur adalah program reintroduksi orangutan pertama yang didirikan oleh Yayasan BOS pada tahun 1991, khusus untuk menyediakan perawatan dan rehabilitasi bagi orangutan yang kehilangan habitat atau induk mereka.
  3. Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Tengah didirikan pada tahun 1999, khusus untuk menyediakan perawatan dan rehabilitasi bagi orangutan yang terusir dari habitatnya atau kehilangan induknya akibat kegiatan pembangunan manusia.
  4. Program Restorasi Habitat Orangutan Indonesia tujuan dari organisasi ini adalah untuk menyediakan tempat yang aman dan permanen, sebuah hutan yang layak untuk orangutan Kalimantan liar atau semi-liar, dan orangutan rehabilitan di mana mereka bisa hidup dalam kebebasan, dan membangun populasi orangutan liar baru yang layak untuk meningkatkan konservasi spesies yang terancam punah ini.
Dengan diadakannya beberapa program konservasi tersebut saya harapkan spesies orangutan dapat terhindar dari kepunahan. Agar Bangsa Indonesia tidak kehilangan jati dirinya, karena orangutan merupakan spesies yang hidup hanya di Indonesia. Selain itu juga agar anak cucu kita kelak dapat melihat orangutan secara langsung, bukan hanya sekedar melihat gambarnya di ensiklopedia dan internet saja.

Referensi :

  1. http://www.youtube.com/watch?v=Hqp6X-JTYC0
  2. http://www.antaranews.com/berita/439887/indonesia-jadi-penghasil-minyak-sawit-terbesar-dunia
  3. http://www.wwf.or.id/program/spesies/orangutan_kalimantan/
  4. http://orangutan.or.id/ID/mawas-area-conservation-program/
  5. http://orangutan.or.id/ID/east-kalimantan-orangutan-reintroduction-and-land-rehabilitation-program-at-samboja-lestari/
  6. http://orangutan.or.id/ID/central-kalimantan-orangutan-reintroduction-program-at-nyaru-menteng/
  7. http://orangutan.or.id/ID/program-restorasi-habitat-orangutan-rho/

Natural Resources - Water



Air adalah kebutuhan mendasar bagi kehidupan, tetapi ada krisis kekurangan air bersih yang dihadapi oleh beberapa negara di dunia. Hampir 1 miliar orang hidup dengan meminum air yang tidak bersih, ini terjadi di beberapa negara berkembang seperti di daerah afrika dan asia tenggara dan amerika latin. Hampir 3.4 juta orang mati setiap tahunnya karena permasalahan kebersihan air yang mereka gunakan. Meskipun ini hanya merupakan krisis kekurangan air tetapi mempengaruhi banyak sektor lain dalam kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, dan kemiskinan, terutama berpengaruh pada wanita dan anak-anak. Keluarga dengan tingkat penghasilan rendah di negara berkembang tidak dapat memiliki akses terhadap air bersih, mereka harus berjalan paling tidak 3 jam perjalanan dengan kaki untuk mendapatkan air bersih yang terdapat di sumber mata air di alam terbuka, seperti sungai dan sumur yang kebanyakan sudah terkontaminasi oleh berbagai macam bakteri dan kuman.

Waktu yang dipergunakan oleh anak-anak yang harus mengambil air karena krisis air bersih seharusnya dapat dipergunakan untuk belajar dan bermain bersama teman-teman seusia-nya. Bahkan banyak wanita di kawasan afrika yang sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk sekedar mencari air bersih daripada aktifitas lainnya yang mereka lakukan sehari-hari, dan perjalanan mereka sangat sulit karena harus berjalan jauh, sambil memikul air bersih untuk dibawa pulang. Air yang sudah susah payah mereka bawa pulang tidak bersih, kebanyakan air yang didapat terkontaminasi oleh bakteri yang dapat menyebabkan diare, dehidrasi, bahkan kematian, anak-anak dan bayi adalah yang paling banyak terpengaruh oleh bakteri tersebut.

Ada solusi untuk mengatasi masalah krisis kekurangan air bersih ini. Salah satunya adalah cara terbaru yaitu sistem pemfilteran air yang sudah mulai diinisiasi oleh beberapa lembaga sosial dunia yang perduli terhadap permasalahan ini. Sistem ini dapat memfilter sumber air dari bakteri dan kuman. Di beberapa negara berkembang solusi ini sudah banyak digunakan. Sumber air yang bersih berarti mengurangi kemungkinan timbulnya penyakit, maka lebih sedikit uang yang terpakai untuk obat-obatan, maka ada uang yang dapat dipergunakan untuk keperluan sekolah bagi anak-anak. Apabila project pemfilter air bersih ini terdapat di sekolah, maka akan lebih banyak anak2 yang bersekolah. Dengan air bersih dapat merubah banyak aspek dalam kehidupan.

Referensi :

1. https://www.youtube.com/watch?v=BCHhwxvQqxg
2. http://water.org/water-crisis/water-facts/water/